SEKILAS
B/C= PWbenefit/(PW cost)= FWbenefit/FWcost=AWbenefit/AWcost
B/C= (500.000 (P/A,9%,5)+40.000.000 (P/F,9 %,5))/35.000.000
B/C= (700.000 (P/A,15%,10)+1.000.000 (P/F,15%,10))/3.000.000
B/C= (100.000 (P/A,15%,10)+500.000 (P/F,15%,10))/500.000
B/C= (100.000 (5,01877)+500.000 (0,24718))/500.000
B/C= (700.000 (P/A,6%,20))/(6.000.000+6.000.000(P/F,6%,10))
B/C= (700.000 (11,46992))/(6.000.000+6.000.000(0,55839))
B/C= 8.028.944/9.350.340=0,85 Nilai B/C< 1,pembelian A tidak layak dilakukan.
B/C= (1.00.000 (P/A,6%,20))/12.000.000
B/C= (1.000.000 (11,46992))/12.000.000
B/C= 11.469.920/12.000.000=0,95 Nilai B/C< 1,pembelian B tidak layak dilakukan.
B/C= (1.20.000 (P/A,6%,20))/15.000.000
B/C= (1.200.000 (11,46992))/15.000.000
B/C= 13.763.904/15.000.000=0,91 Nilai B/C< 1,pembelian C tidak layak dilakukan.
Benefit Cost Ratio merupakan salah satu
alat evaluasi kelayakan
investasi. Pada pokok bahasan ini akan dijelaskan cara perhitungan dan hasil akhirnya
apakah layak atau tidak.
PEMBAHASAN
Benefit Cost Ratio merupakan salah satu metode kelayakan investasi. Pada
dasarnya perhitungan metode kelayakan investasi ini lebih menekankan kepada
benefit (manfaat) dan perngorbanan (biaya/ cost) suatu invetasi, bisa berupa
usaha, atau proyek. Pada umumnya jenis invetasi yang sering digunakan adalah
proyek-proyek pemerintah dimana benefitnya jenis benefit langsung, manfaatnya
akan terasa langsung pada masyarakat banyak.
Sebagai contoh dari proyek pemerintah adalah proyek pembangunan jalan tol
Pasupati. Nilai benefit atau manfaat yang bisa didapatkan dari proyek tersebut
misalnya efisiensi waktu tempuh antara Jakarta-Bandung, kenyamanan berkendara
karena jalan yang dipakai dibuat senyaman mungkin dan peningkatan produktivitas
lahan tersebut. Namun tidak hanya mendatangkan manfaat saja, investasi juga
mendatangkan pengorbanan yang digolongkan kedalam cost. Jadi suatu invetasi
atau proyek tidak bisa terlepas dari benerfit dan cost.
Benefit cost ratio analysis secara matematis merupakan perbandingan nilai
ekuivalen semua benefit terhadap nilai ekuivalen semua biaya. Perhitungan
ekuivalensi bisa menggunakan salah satu dari beberapa analisis. Contohnya :
Untuk kriteria
pengambilan keputusan untuk alternatif tunggal adalah dengan cara melihat nilai
dari B/C apakah besar dari sama dengan satu atau kecil dari satu.
-Jika B/C ≥ 1
, maka alternatif investasi atau proyek layak (feasible), diterima
-Jika B/C <
1 , maka alternatif investasi atau proyek tidak layak (not feasible)
Sebuah perusahaan
sedang mempertimbangkan untuk membeli peralatan baru seharga Rp.35.000.000.
Dengan peralatan baru itu bisa dilakukan penghematan sebesar Rp.500.000 per
tahun selama 5 tahun. Pada akhir tahun ke 5 peralatan itu memiliki nilai jual
sebesar 40.000.000. apabila tingkat pengembalian 9% per tahun. Apakah pembelian
peralatan baru tersebut menguntungkan?
Penyelesaian :
Dengan
menggunakan pendekatan present worth maka semua biaya dan benefit ditarik ke
present
B/C= (500.000 (3,88966)+40.000.000 (0,64993))/35.000.000
B/C= 0,79
karena kurang dari 1
maka investasi pembelian peralatan baru tidak layak atau tidak menguntungkan.
Alternatif Majemuk
Analisis
Benefit Cost Ratio banyak merupakan alternatif
yang jumlahnya lebih dari satu. Untuk menghitung analisis alternatif banyak
maka harus dilakukan secara inkremental seperti pada rate of return. Kriteria
pengembalian keputusan berdasarkan nilai B/C yang diperoleh. Jika dari 2
alternatif yang dibandingkan diperoleh
nilai B/C ≥1 , maka alternatif dengan biaya yang lebih besarlah yang dipilih.
Namun jika dari dua alternatif yang dibandingkan diperoleh nilai B/C<1, maka
alternatif dengan biaya yang lebih kecil yang dipilih
Contoh :
Sebuah perusahaan
akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatannya. Dual alternatif
mesin dengan usia pakai masing-masing sama yaitu 10 tahun ditawarkan kepada
perusahaan :
Mesin
|
Harga beli
|
Keuntungan per tahun
|
Nilai sisa
di akhir usia pakai (Rp)
|
X
|
3.000.000
|
700.000
|
1.000.000
|
Y
|
3.500.000
|
800.000
|
1.500.000
|
Dengan MARR
15% per tahun, tentukan mesin yang harus dibeli
Penyelesaian :
urutan alternatif : Do Nothing (DN), Mesin X, Mesin Y
urutan alternatif : Do Nothing (DN), Mesin X, Mesin Y
membandingkan DN dengan mesin X
DN (1)
|
Mesin X (2)
|
Inkremental
(3)=(2) – (1)
|
|
0
|
0
|
-3.000.000
|
-3.000.000
|
1-9
|
0
|
700.000
|
700.000
|
10
|
0
|
1.700.000
|
1.700.000
|
B/C= (700.000 (5,01877)+1.000.000 (0,24718))/3.000.000
B/C= 1,25 , Nilai B/C ≥ 1, pembelian X layak dilakukan
Membandingkan mesin X dan mesin Y :
Tahun
|
Mesin X (1)
|
Mesin Y (2)
|
Inkremental
(3)=(2) –
(1)
|
0
|
-3.000.000
|
-3.500.000
|
500.000
|
1-9
|
700.000
|
800.000
|
100.000
|
10
|
1.700.000
|
2.300.000
|
600.000
|
*1,7 juta dan
2,3 juta merupakan penjumlahan annual benefit dengan salvage value
B/C= 1,24 ,
Nilai B/C ≥ 1,
pembelian Y layak dilakukan, namun sebelum itu, untuk kasus dengan banyak
alternatif yang bertipikal mutually
exclusive, maka jika 2 alternatif menghasilkan Nilai B/C ≥ 1, maka lihat cost
yang paling tinggi. Maka dengan perhitungan B/C dan nilai cost yang tinggi,
alternatif jatuh pada alternatif Y.
Contoh soal berbeda alternatif, dengan berbeda usia
pakai.
Sebuah
perusahaan sedang mempertimbangkan untuk mengganti mesin lama dengan mesin
baru. Tiga buah alternatif tersedia dengan data sebagai berikut :
|
A
|
B
|
C
|
Investasi
awal (Rp.)
|
6.000.000
|
12.000.000
|
15.000.000
|
Keuntungan/tahun
|
700.000
|
1.000.000
|
1.200.000
|
Usia pakai
(tahun)
|
10
|
20
|
20
|
Mesin baru
yang akan dibeli direncanakan untuk digunakan selama 20 tahun. Oleh karena usia
pakai mesin A hanya 10 tahun, maka pada akhir tahun ke-10, mesin itu dapat
digunakan dengan mesin lain dengan konsekuensi ekonomi yang sama. Setiap
alternatif tidak memiliki nilai sisa. Tentukan mesin mana yang layak dibeli
jika menggunakan MARR 6% per tahun
Penyelesaian
Urutan
alternatif : DN,A,B,C
àmembandingkan DN dengan mesin A :
Tahun
|
DN (1)
|
Mesin A (2)
|
Inkremental
(3)=(2) –
(1)
|
0
|
0
|
-6.000.000
|
-6.000.000
|
1-9
|
0
|
700.000
|
700.000
|
10
|
0
0
|
-6.000.000
700.000
|
-6.000.000
700.000
|
11-20
|
0
|
700.000
|
700.000
|
Sehingga perhitungan
B/C yang dibandingkan adalah alternatif DN, dengan B
àmembandingkan DN dengan mesin B :
Tahun
|
DN (1)
|
Mesin B (2)
|
Inkremental
(3)=(2) – (1)
|
0
|
0
|
-12.000.000
|
-12.000.000
|
1-20
|
0
|
1.000.000
|
1.000.000
|
Dari 2 perhitungan
B/C diatas masing-masing menghasilkan nilai yang kurang dari satu, maka apabila
hal ini terjadi, lihat alternatif yang memiliki
cost terkecil. Alternatif DN masing unggul, sehingga alternatif
perhitungan selanjutnya adalah DN dengan alternatif C.
àmembandingkan DN dengan mesin C :
Tahun
|
DN (1)
|
Mesin C (2)
|
Inkremental
(3)=(2) –
(1)
|
0
|
0
|
-15.000.000
|
-15.000.000
|
1-20
|
0
|
1.200.000
|
1.200.000
|
Maka kesimpulanya,
diantara 3 alternatif A,B,C tidak ada yang layak atau menguntungkan, sehingga,
dengan tidak mengambil ketiga alternatif tersebut merupakan jalan yang terbaik
(Do Nothing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar