Kamis, 12 Januari 2012

PAJAK, DAN CASH FLOW SETELAH PAJAK

SEKILAS

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai arti dan fungsi pajak pada suatu kegiatan perusahaan.

PEMBAHASAN
 A.    Depresiasi, Pajak, dan Cash Flow Setelah Pajak
Depresiasi dilaksanakan untuk tujuan perpajakan sebagai suatu pengurangan pendapatan terkena pajak sesuai dengan undang-undang serta peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Sebetulnya ada banyak jenis pajak yang dikenakan pada sebuah perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Pajak Pendapatan, yaitu pajak yang dipungut sebagai fungsi dari pendapatan usaha ataupun perseorangan, yang besarnya dihitung sebagai presentase dari pendapatan bersih perusahaan atau perseorangan.
2.      Pajak Kekayaan yang dibebankan oleh pemerintah pada pemilik tanah, bangunan, mesin atau peralatan, barang inventaris, dan lainnya sesuai dengan peraturan.
3.      Pajak penjualan yang ditentukan sebagai fungsi dari pembelian barang atau pemberian pelayanan dan tidak ada kaitannya dengan pendapatn bersih atau keuntungan perusahaan.
Dari berbagai jenis pajak tersebut, yang relevan untuk dibicarakan dengan persoalan ekonomi teknik hanya pajak pendapatan saja.
Pendapatan yang dimaksud meliputi hasi penjualan produk, jasa, deviden-deviden yang diterima saham, bunga dari pinjaman, sewa-sewa, honorarium dan penerimaan lainnya yang diperoleh dari kepemilikan modal dan kekayaan. Di samoing itu, potongan-potongan mencakup: kerugian-kerugian dari kebakaran, pencurian, iuran-iuran, penyusutan (depresiasi), bunga obligasi, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, dan sebagainya.
Perbedaan antara pendapatan dan potongan adalah merupakan pendapatan yang terkena wajib pajak.

Pendapatan Kena Pajak = ∑ Pendapatan – Bunga – Depresiasi


Pajak = Pendapatan Kena Pajak x Tarif Pajak (%) 



Maka cash flow setelah pajak:

Cash flow setelah pajak = Cash flow sebelum pajak – Pajak 



Contoh: Suatu rencana investasi dengan estimasi cash flow adalah:
                        Investasi                      Rp 700 juta
                        Annual Benefit                       Rp 130 juta
                        Annual Cost                Rp 30 juta
                        Over houl(t=5)                    Rp 70 juta
                        Nilai sisa                      Rp 300 juta
                        Umur investasi                        8 tahun
                        Pajak Perusahaan        10% per tahun
Diminta: Susunlah cash flow setelah pajak, jika menggunakan depresiasi:
a.       SLD
b.      DDBD
Penyelesaian
a.       Metode Straight Line Depreciation
n
CF Sebelum Pajak
SLD = 1/N (I-S)
PKP
Pajak
10 %
CF Setelah Pajak
(-)
(+)
NCF
(a)
(b)
(c)
(d=c-b)
(e)
(f=d-e)
(g=fx10%)
(h=d-g)
0
700

-700



-700
1
30
130
100
50
50
5
95
2
30
130
100
50
50
5
95
3
30
130
100
50
50
5
95
4
30
130
100
50
50
5
95
5
100
130
30
50
-20
0
30
6
30
130
100
50
50
5
95
7
30
130
100
50
50
5
95
8
30
130
100
50
50
5
95
S

300
300



300

b.      Metode Double Declining Balance Depreciation
n
CF Sebelum Pajak
DDBD = 2/N (BVt-1)
BVt
PKP
Pajak 10 %
CF Setelah Pajak
(-)
(+)
NCF
(a)
(b)
(c)
(d=c-b)
(e)
(ft = dt-1 - BVt)
(g=d-e)
(h=gx10%)
(i=d-h)
0
700

-700

700


-700
1
30
130
100
175
525
-75
-7.5
107.5
2
30
130
100
131
393.75
-31.25
-3.125
103.125
3
30
130
100
98
295.31
1.5625
0.15625
99.84375
4
30
130
100
74
221.48
26.17188
2.6171875
97.38281
5
100
130
30
55
166.11
-25.3711
0
30
6
30
130
100
42
124.58
58.47168
5.84716797
94.15283
7
30
130
100
31
93.44
68.85376
6.88537598
93.11462
8
30
130
100
23
70.08
76.64032
7.66403198
92.33597
S

300
300




300

            Contoh 2.
            Suatu rencana investasi baru dengan cash flow sebagai berikut:
Investasi
Rp 700 juta
Annual Benefit
Rp 140 juta
Annual Cost
Rp 35 juta
Benefit lump-sum (t=4)
Rp 90 juta
Nilai sisa
Rp 100 juta
Umur investasi
10 tahun
Suku Bunga
8% /tahun
Pajak Perusahaan
20% / tahun

Susunlah cash flow setelah pajak, jika:
a.              Metode depresiasi straight line depreciation;
b.             Metode depresiasi double declining balance depreciation;
c.              Evaluasilah kelayakan rencana sebelum pajak dan sesudah pajak.

Penyelesaian:


a)      Perhitungan straight line depreciation (SLD)
Depresiasi tahunan, SLDt =(I-S)
                              SLDt =1/10 x (700-100)
                              SLDt = Rp 60 juta/tahun
T
CF Awal Sebelum Pajak
CF setelah Pajak 20 %
(-)
(+)
Net
SLD
EBT
Pajak
EAT
(a)
(b)
(c)
(d=c-b)
(e)
(f=d-e)
(g=fx20%)
(h=d-g)
0
700

-700



-700
1
35
140
105
60
45
9
96
2
35
140
105
60
45
9
96
3
35
140
105
60
45
9
96
4
35
230
195
60
135
27
168
5
35
140
105
60
45
9
96
6
35
140
105
60
45
9
96
7
35
140
105
60
45
9
96
8
35
140
105
60
45
9
96
9
35
140
105
60
45
9
96
10
35
140
105
60
45
9
96
S

100
100



100

b)      Perhitungan double declining balance depreciation
Depresiasi tahunant DDBDt =DDBDt = 2/n(BVt), dimana BVt = 1 - ∑_(i=0)^n DDBD
DDBDt=1 =2/10 (700) = 140
DDBDt=22/10 (560) = 112
DDBDt=32/10 (448) = 89.60
DDBDt=42/10 (858.4) = 71.68
DDBDt=52/10 (286.72) = 57.34
DDBDt=6 =2/10 (229.38)  = 45.36
DDBDt=72/10 (183.5) = 36.7
DDBDt=82/10 (146.8) = 29.36
DDBDt=92/10 (117.45) = 23.46
DDBDt=102/10 (93.96) = 18.79


t
CF Awal Sebelum Pajak
Perhitungan Cash Flow Setelah Pajak
Metode DDBD
EBT
Pajak 20%
EAT
(-)
(+)
Net
DDBDt
∑Dept
BV
0
700

-700


700


-700
1
35
140
105
140
140
560
-35
0
105
2
35
140
105
112
252
448
-7
0
105
3
35
140
105
89.6
341.6
358.4
15.4
3.08
101.92
4
35
140
105
71.68
413.28
286.72
33.32
6.664
188.336
90
5
35
140
105
57.34
470.62
229.38
47.66
9.532
95.468
6
35
140
105
45.86
516.48
183.50
59.14
11.828
93.172
7
35
140
105
36.7
553.18
146.80
68.3
13.66
91.34
8
35
140
105
29.36
582.54
117.44
75.64
15.128
89.872
9
35
140
105
23.49
606.03
93.95
81.51
16.302
88.698
10
35
140
105
18.79
624.82
75.16
86.21
17.242
87.758
S

100
100





100
Catatan:
Jika Nilai EBT kecil dari nol (Negatif), maka pajak = nol, karena tidak ada pembayaran pajak penghasilan.

c)      Analisis Kelayakan
Cash-flow sebelum pajak, metode NPV:
NPV = CFt(FBP)  di mana : FBP = faktor bunga present
NPV = -I + Ab (P/A, i, n) + Ls (P/F, i, 4) + S (P/F, i, n) – Ac (P/A, i, n)
NPV = -700 + 140(P/A, 8, 10) + 90 (P/F, 8, 4) + 100 (P/F, 8, 10) – 35 (P/A, 8, 10)
NPV = -700 + 140(6.710) + 90 (0.7350) + 100 (0.4632) – 35 (6.710)
NPV = + Rp 117,02 juta   à Layak ekonomis

Cash flow setelah pajak dengan perhitungan depresiasi SLD:
NPV = CFt(FBP)  di mana : FBP = faktor bunga present
NPV = -I + Ab (P/A, i, n) + Ls (P/F, i, 4) + S (P/F, i, n)
NPV = -700 + 96(P/A, 8, 10) + 72 (P/F, 8, 4) + 100 (P/F, 8, 10)
NPV = -700 + 96(6.710) + 72 (0.7350) + 100 (0.4632)
NPV = + Rp 43,4 juta       à Layak ekonomis

Cash flow setelah pajak dengan perhitungan depresiasi DDBD:
NPV = CFt(FBP)  di mana : FBP = faktor bunga present
NPV = -700 + 105(P/A,8,2) + 101.92(P/F,8,3) + 188.336(P/F,8,4) + 95.468
(P/F,8,5) + 93.175(P/F,8,6) + 91.34(P/F,8,7) + 89.872(P/F,8,8) + 88.692(P/F,8,9) + 187.758(P/F,8,10)
NPV = -700 + 105(1.783) + 101.92(0.7938) + 188.336(0.7350) + 95.468
(0.6806) + 93.175(0.6302) + 91.34(0.5835) + 89.872(0.5403) + 88.692(0.5002) + 187.758(0.4632)
NPV = + Rp 63,428 juta   à Layak ekonomis.

Kesimpulan Rencana Investasi layak untuk ketiga kondisi evaluasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar